Sungguh menyenangkan mendapat amanah baru. Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Kasih sayang, treatment, asi eksklusif, dan semuanya, aku usahakan seseksama mungkin. Selagi masih masa cuti ini, segalanya aku persiapkan sesempurna mungkin.Tapii...ga semuanya berjalan lancar. Bahagia, bingung, capek, takut, sakit, panas, lapar melanda sepanjang waktu membuat aku super sensitif.
Menurut teori yang aku baca penyakit sensitif, tidak hanya menimpa wanita saat pe-em-es, haid atau hamil, juga pasca melahirkan. Inilah yang terjadi, ditambah (ternyata) aku menemukan sindrom yang aku baru tau, baby blues. Mungkinkah? mungkinkah kita kan slalu bersama... :p
Mungkinkah, syndrom ini yang terjadi padaku.. ini dia curhat eiikkee..
***
Di awal ini, ternyata tidak hanya ujian fisik yang harus aku lewati, namun juga ujian psikis. Aku merasakan begitu beratnya karena seakan-akan menanggung beban sendirian. Anakku bebanku? ya saat itu, pada titik terberat aku sempat berpikir ingin kembali ke masa lalu sebelum punya anak. Astaghfirullah...
Karena kami tetap tinggal dirumah, akhirnya suami meminta Ibu tinggal bersama kami untuk membantuku, namun yang terjadi adalah muncul perasaan-perasaan aku tidak boleh merepotkan Ibu yang sudah tua (tapi kuat luar biasa), aku berusaha mengurus anak, mengurus diriku, suami dan membereskan pekerjaan rumah semaksimal mungkin agar tidak dikerjakan Ibu. Memang sih, kenyataannya tetap saja Ibu yang mengerjakan, namun perasaan "ga enak " inilah akhirnya membebani aku dan akhirnya berkembang menjadi perasaan bahwa aku tidak berguna dan ga bisa diandalkan. Lebay ya? tapi beneran ini bisa bikin mewek peres kain pel.
Hal berat selanjutnya adalah terlalu banyak celetukan, kutipan, komentar, saran atau apalah namanya .. seakan-akan semua orang ingin mengatur caraku mengurus anak sampai menyalahkan apa yang aku lakukan. Mulai dari bayiku bangun tidur sampe tidur lagi hampir semua dikritik. Aku capek.Sedangkan para kritikus tidak membantu aku. Hmm... bila tidak bisa memberi solusi dan bantuan, paling tidak jangan menyakiti aku ya... :(
Cara menyusui, mengelap mulut bayi, memandikan, memakaikan baju, cara menggendong, meluruskan kepalanya saat tidur, gumoh, bayi kedinginan, hal kecil ==> mengambil peralatan bayi yang susahnya ampun, karena masih sakit sisa jahitan melahirkan, mencuci baju, menyetrika, memakai kemben, dan lainnya. Sepertinya semua salah.
Aku menangis, yang aku lakukan adalah kuangkat anakku, kupeluk dan kuciumnya sambil berkata,
"Nak, ibumu ini memang belum jadi ibu yang terbaik, tapi ibu akan berusaha jadi yang baik untukmu. Ibu tidak akan mencelakaimu seperti yang orang lain bilang, maafkan ibu ya.. sayangi ibu Nak... Ibu yakin engkau tau, ibu menyayangimu tulus..."
Akhirnya ada satu malam kuminta suami memeluk aku dan meminta pengertiannya untuk lebih sayang padaku. Sedikit lebih baik.