Jumat, 10 Mei 2013

Giliran Catatan Bara kali ini... (1)

Kali ini adalah rekaman kehamilan keduaku. Catatan seadanya aja lah ya, ga sempet moles2, yang penting tercatat dulu, halaah. kayak biasanya dipoles aja. Sebenernya ga sempat, tapi rasanya ga adil kalau ga dibuat, hee... ditengah kesibukan, ciyee.. disempatkan untuk (nyoba) nulis lah ya.

Sekitar awal bulan Juli 2012, iseng2 aku coba testpack dan ternyata muncul garis dua... artinya aku hamil (lagi). Terjawablah kenapa beberapa hari ini sering banget capek, mual dan kembung, pumping asi juga makin sedikit. Sebenarnya sudah beberapa kali si ayah menyarankan aku untuk testpack, tapi aku yang masih merasa ngga mungkin lah hamil, tapi ternyata.... Welcome little baby, ke dokter yuukkk...

11 Juli 2012
Setelah periksa (ke dr. Yenny lagi), usia kandunganku 10 minggu dan Alhamdulillah sehat.  Dokter menunjukkan kaki dan tangan sang janin. Si Ayah tertawa sumringah, aku masih senyum kecut. Satu hal yang paling aku khawatirkan adalah usia Key, si kakak, yang baru satu tahun tiga bulan. Ini artinya di usianya saat satu tahun sepuluh bulan ia sudah punya adek, bisakah aku memberi perhatian yang cukup, bisakah aku tetap memberi asi hingga 2tahunnya, dan kekhawatiran-kekhawatiran lain yang bermunculan. Tapi berkat support dari si Ayah, ya ga usah dipikirkan terlalu berat, let it flow...

Sewaktu konsultasi dengan dr. Yenny, kami menyampaikan bahwa di akhir bulan Mei aku pernah mengalami panas tinggi, kira-kira selama tiga hari disertai nyeri sendi, terutama di kaki, sampai sulit jalan. Waktu itu aku belum tau sudah hamil atau belum.Setelah diperiksakan ke dokter, hasilnya flu aja, semua penyakit lain yang kami duga disanggah dokter. Di hari ketiga, setelah demam turun muncul ruam merah di wajah dan seluruh tubuh, mirip campak. Dugaan kami mengerucut menjadi campak jerman (rubella). Dr. Yenny menenangkan kami, campak itu banyak macamnya, belum tentu rubella katanya, itupun kalau benar terinfeksi Namun untuk mengantisipasi keadaan aku diminta untuk melakukan tes torch. Kami mencoba memilih untuk memanfaatkan fasilitas askes, dr. Yenny mengiyakan dan siap menunggu hasilnya.

18 Juli 2012
 Aku pergi ke kantor Askes Pasar Minggu untuk merubah Puskesmas rujukan ke Puskesmas Tebet, supaya deket kantor.

19 Juli 2012
Pagi-pagi sekali aku sudah mengantri ke Puskesmas, ternyata antrian rujukan askes beda dengan pasien lain, syukurlah... hee... dokter askes (atau perawat ya? rada ga jelas, maaf ya dok) membuat rujukan, itupun menurutnya harus ke SPOG disana dulu, ga bisa langsung ke lab, pilihan pun hanya bisa ke RS Fatmawati atau RSCM. Aku memilih ke RS Fatmawati, karena aku pikir lebih mudah aksesnya dari pada ke RSCM, tapi ternyata aku salah.... baca di bawah ini.

3 Agustus 2012
Jam 9 pagi aku sampai di RSF, langsung menuju loket pelayanan askes, Alhamdulillah mudah. Perjalanan dilanjut ke lantai tempat periksa, setelah membayar 10ribu saja, aku mengantri dipanggil. Aku pilih dokter SPOG perempuan, namanya dr. Yucca Rosmeilya (kalo ga salah ketik). Sekitar jam 11 baru aku dipanggil.. *pingsan deh, eh ngga ding, Alhamd udah bawa cemilan walau di bulan ramadhan, hee ketauan deh.

Setelah mendengar penjelasanku dan menyampaikan maksud untuk meminta rujukan ke lab untuk tes Torch, dr. Yucca menyampaikan, menurut pendapatnya itu memang benar campak, dan ga ada gunanya lagi melakukan tes torch, karena ga ada yang bisa dilakukan. Bila memang janin sudah terinfeksi maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan. obat pun sudah tidak membantu, namun bila aku membutuhkan, beliau tetap membuatkan rujukan untuk ke Lab, sekaligus membuat pengantar untuk USG, (ternyata ruang periksa dokter ini tidak ada alat untuk USG pasien). Aku diperiksa dokter dengan tangan dan alat doppler untuk mendengarkan denyut jantung bayi. Lamaaa sekali dokter tidak menemukan denyut si bayi, aku khawatir, dokter menggumam, "harusnya janin seusia ini ini sudah mudah terdengar". Akhirnya terdengar juga... sekali lagi dokter menyampaikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan bayi yang terinfeksi virus rubella. Aku keluar ruangan dengan lemas.

Aku menuju ruang USG, dan ternyataa.... Praktik USG sudah tutup dari jam 9, iya jam 9 pagi dan sekarang jam 11.30, Waaattt? untuk ngedapetin surat rujukan USG dari dokter aja antrinya sampe jam 11, kok jam 9 udah tutup. Dan aku pun baru tau kalau pasien yang antri USG adalah pasien yang mendapat surat rujukan dokter dari kemarin2, yang dapet hari ini ya berarti di USG besok2, dengan catatan, datang dari pagi-pagi karena jam 9 udah tutup dan laporan hasil USGnya baru dibaca dokter di konsultasi berikutnya. Udah lemes, pingsan lagi....
dan dengan sok bijaknya aku merenung tentang perkembangan dunia kesehatan Indonesia.

Perjalanan selanjutnya ke laboratorium, urut dada lagi, karena lab hanya buka dari jam 8 - 13 dan karena ini hari Jumat maka lab tutup jam 11.00, Masya Alloh, rumah sakit sebesar ini lab-nya ga buka 24jam... sayang ga keingetan memfoto papan jadwalnya. (karena si ayah pun sempat ga percaya). karena lab sudah tutup, aku sulit menemui pegawainya, sekedar untuk bertanya, pas ketemu pun pegawai seperti terkesan agak males melayani, ya karena diluar jam buka sih. dan kaget (lagi) ternyata di lab ini ga ada fasilitas tes torch, aku disarankan tes di lab luar rumah sakit, kok dr. Yucca tadi ga nyampein kalau di RSF ini ga ada tes torch ya?...  kaget (lagi) kalapun ada belum tentu dicover askes... ya Alloh....


Dengan langkah tak bersemangat aku menelepon si Ayah  dan menyampaikan semua, keluar deh air mata... tentang pelayanan di rumah sakit ini, tentang ga tersedianya test torch dan yang terberat adalah uraian dr. Yucca tadi tentang kemungkinan kondisi janin kami...

-bersambung-