Selasa, 22 Februari 2011

ini aku

aku,
pengulang salah yang tulus menyayangimu dengan banyak alasan,
si banyak kekurangan dan akan terus mencintaimu tanpa syarat.
inilah aku.

Senin, 21 Februari 2011

kata orang...

Kata orang, ibu hamil :
  • tak boleh marah, 
  • tak boleh protes,
  • tak boleh kesal,
  • tak boleh memendam perasaan,
  • tak boleh sedih, 
  • tak boleh menangis. 
Lantas, perasaan apa yang boleh dimiliki ?
kata orang (lagi), ibu hamil :
pokoknya harus berpikir positif dan bahagia selalu

Kenapa?
karena bisa mempengaruhi psikologis bayi nanti.

Pertanyaan saya selanjutnya, (bukan dari orang lain) :
  • bagaimana bila berada dalam kondisi ibu hamil harus marah?
  • apa yang harus dilakukan kalau ibu hamil harus memprotes sesuatu? sedangkan memendam perasaaan pun tak boleh?
  • bagaimana bila kondisi membuat ibu hamil menjadi kesal?
  • apakah semua perasaan harus dipendam menunggu sampai tidak hamil lagi? 
  • bagaimana bila orang-orang sekitar dan lingkungan membuat ibu hamil harus sedih?
  • dan apakah airmata bisa dibendung?
Ibu hamil juga manusia berperasaan yang memiliki emosi beragam, wanita tidak hamil pun juga begitu, tinggal bagaimana menyikapinya dengan berpikir dan bertindak positif. Bagi saya, kekhawatiran itu malah akan berpengaruh pada psikologis bayi, jangan terlalu jadikan momok negatif, hal itu malah membuat takut melangkah dan tidak punya sikap.

Bayangkan, bila ibu hamil harus diam, tidak berpendapat dan tidak berekspresi bila diperlakukan seperti apapun. Menurut saya, asalkan tindakan ibu hamil tersebut masih bermuatan positif, solutif dan tidak berlebihan ya tidak masalah.

Mungkin ungkapan orang lain diatas tadi untuk menyikapi agar ibu hamil lebih berpikir positif dalam kesehariannya, bukan untuk mematikan peran dan perasaan. Yups, itulah kekhususan ibu hamil, sikap, reaksi dan tindakannya lebih diperhatikan orang lain, dibandingkan orang yang tidak hamil dengan segala sikap negatifnya.

Atau seharusnya pernyataan diubah menjadi ditujukan pada orang-orang sekitar ibu hamil,
  • jangan membuat ibu hamil sedih
  • jangan membuat ibu hamil marah
  • jangan membuat ibu hamil menangis
bisa? kayaknya engga.. :(


Bagi saya, tak mengapa saya berbicara (yang kata orang protes), bersedih, menangis, kecewa dan beragam emosi lainnya. Toh saya juga memiliki canda, tawa, bahagia, sayang dan cinta (jiaaahh)..


Pesan Bun,
Nak, didunia itu tidak hanya akan ada bahagia, tapi juga ada tangis.
Engkau akan berani berkata benar dengan santun dan berilmu, sehingga engkau tak hanya diam dan menunggu,
Engkau mungkin akan merasakan ketidaknyamanan, namun agar engkau mampu bertindak untuk perbaikan,
Bisa jadi engkau akan merasakan kesulitan agar mampu bangun untuk meraih kemudahan dan kesuksesan,
Engkau akan memiliki rasa ketidaksukaan pada kekerasan, karena engkau memiliki kelembutan dan rasa cinta,
Engkau akan bisa merasakan empati kepada orang lain bila memiliki kesedihan dan air mata,
Dan Engkau pun akan mengalami ketidakberdayaan, agar selalu mengingat dan kembali pada Yang Maha Memiliki Daya Upaya..

Anakku sayang,
Ayah dan Bunbun sayang padamu
Selamat (hampir) lahir kedunia nak. 
Kecup sayang dari sini, tapi Bun ngga bisa, jadi titip Ayah aja ya ^^

*terinspirasi obrolan Bun pada seorang sahabat, makasih Tante Vinna Dien..

Sabtu, 19 Februari 2011

transjakarta koridor ix, solusi bun untuk pulang?

Sebentar lagi, aku segera cabut dari kost-an di Tebet untuk kembali PP Tebet-Cengkareng. Selain boros, aku juga mau membiasakan diri lagi pulang pergi ngebis, udah gitu males juga euy disana, suka kangen sama rumah cengkareng, apa sih hehehe. 

Namun, karena jalur Pancoran-Grogol yang biasa ditempuh menggunakan P46 atau P6, sekarang ngga bisa lagi. Tergantikan dengan Transjakarta koridor IX. aku sudah beberapa kali mencoba jalur busway ini kalau weekend dengan transit di grogol, lanjut ke jalur Kalideres, entahlah koridor berapa.

Dari pengalaman kemarin, berikut kesulitan yang kemungkinan akan aku hadapi kedepan :
1. Di halte pancoran ngga ada petugas yang atur turun naik penumpang dari bus, jadi penumpang agak crowded, so hukum rimba dan hukum sikut berlaku deh... padahal halte ini selalu rame karena strategis. Aku liat banyak petugas yang berkumpul di tempat beli tiket, ngobrol, dll, ngga tersentuh tuh jiwa membantunya (atau semangat kerjanya ya?).

2. Jam pulang kerja selalu penuh, mungkin armada yang kurang kali ya. Apalagi jalur macet yang dilalui membuat jarak tempuh jadi lebih lama, siap-siap bawa betis cadangan.

3. Jalurnya masih tetep macet, terutama dari semanggi ke slipi, katanya sih karena jalur bus bersinggungan dengan pintu tol. Lalu di slipi palmerah yang emang semrawut, udah sering banget bustrans keluar jalur, baru deh bisa jalan, sampe nyenggol2 ke kiri menuju trotoar gitu, ngeriii...

4. Tangga & jalur penumpang berliku dan jauh, uhh.. ada ngga sih yang bisa memperpendek jarak, serasa masuk ke dalam labirin sambil diajak ber-ular tangga. Belum lagi kalo hujan, licin.. ini aku alami di halte Grogol dan Tugu Pancoran.

5. Klo arah berangkat (Grogol ke Pancoran) ada satu halte yang aku ngga tau kenapa, bisa berhenti lama banget. Halte Kuningan. bisa 15menit sendiri. aku berangkat jam 6.15 dari rumah, mepet, berangkat jam 6 juga hampir telat, nyoba jam 6 kurang sama aja. selalu terhambat di halte ini, kenapa ya?

6. aku pikirkan juga, kalo orang-orang pulang setelah jam 22.00, naik apa ya? bustrans udah ngga beroperasi, bus sejalur juga udah dieliminasi. weww... Jakarta semakin ngga ramah..

7. Yang paling aku harapkan dan kayaknya susah terwujud, yaitu ada mushola dan toilet di halte, mimpi kali ya. Hmm..paling ngga halte-halte transit yang besar dan ramai, contoh : harmoni dan grogol. ngarep banget. Kabulkan ya Alloh. amin.

Setelah melahirkan nanti, mungkin naik motor ke kantor jadi pertimbangan juga, haii akechi.. bun kangen nih ^^. Sepertinya bisa mempercepat waktu aku untuk bisa ketemu adek mungil dirumah..

Oke, untuk kali ini menyemangati diri ya kalo tantangan di depan begitu besar, yang tangguh ya nak.. (yel buat bun maksudnya, hee)