Jumat, 18 Maret 2011

andai

Teringat lagi, dan sepertinya tak akan pernah lupa, penyesalan besarku adalah bila mengingat ibu. Ga habis-habis… Memang, menyesal ga akan membuat ibu kembali, tapi sulit untuk mengingat ibu tidak berbarengan dengan penyesalan .
Andai  aku punya kemampuan lebih. Mampu tenaga, mampu waktu , mampu uang, aku akan lakukan lebih untuk Ibu.
Aku akan bawa ibu berobat  serius sebelum terlambat. Ga peduli walau menolak, aku bawa ibu cek-up, ikhtiar untuk sembuh. Toh, pada dasarnya ibu mau diperhatikan, hanya ibu tidak mau merepotkan anaknya.
Aku juga akan jauhkan ibu dari orang-orang yang menambah beban pikirannya, aku usir kerabat yang memicu sesak napas ibu kemarin. Aku benci mereka…
Dan yang terbesar, aku akan luangkan waktuku lebih banyak untuk ibu, menemaninya.. sekarang baru aku rasakan, waktu itu sangat berharga, andai saja… apalagi sampai sekarang kakakku masih menyinggung  sikapku dulu yang lebih mementingkan waktu untuk diri sendiri dibanding bersama ibu, sedih rasanya…
Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, Ibu pergi menyisakan sedih dan penyesalan…
Ibu, maafin andi ya..

si keling & sang pengelana

Aku, perempuan sederhana dari keluarga kurang berada, tidak cantik, tidak juga putih dan menarik. Sejak kecil, aku suka sekali bermain di lapangan, lari-lari, memanjat pohon, mencari ikan di got, mencari tanaman di kebon, naik sepeda keliling kampung, mengolah tanah, kayu pohon & pasir jadi mainan (berani kotor itu baik :D), maka itu, ibu selalu mencari aku sepulang sekolah.

Bila aktifitas outdoor tadi dilakukan setelah pulang kerumah (tidak langsung dari sekolah), maka kakak dan ibu selalu berpesan supaya aku tidak bermain kotor-kotoran, tempat yang panas atau berhubungan dengan daun/pohon pisang, karena khawatir menimbulkan noda di pakaian dan wujud dan aromaku bisa lebih buruk ( hahaha...). gampaaang yang penting ga dilarang. Oh ya..tak jarang aku dijuluki si keling, karena saking hitamnya dan banyak bekas luka sisa-sisa kejayaan saat itu disana sini.

Di sekolah pun, aktifitasku tidak jauh berbeda. Mulai SMP, saat mulai ada pengidolaan (baik karena kecantikan atau kekayaan) di sekolah, aku pun termasuk anak yang (hampir) tidak pernah terlihat, maka itu aku mengupayakan hal lain, prestasi. Tidak terlalu menonjol sih, tapi paling tidak, bisa puas dengan hasil sendiri. Maka terbentuklah aku yang harus mencari keunggulan lain dalam diri yang bisa membuat percaya diri. Persaingan prestasi dimulai.

Teman-teman dekatku juga orang yang tidak terlalu terkenal pula, lebih nyaman bersama mereka, polos, apa adanya. Ada beberapa segelintir, tak banyak, temen-temen nge-top pun ada (dari sisi manapun) tapi sedikit, hee... sebagian dari mereka teman SD, teman berangkat ke sekolah, atau teman ya teman aja.. Jangan bicarakan lawan jenis ya, mana ada yang mau ngelirik aku.. wuahahha...

Disaat menumpuk kepercayaan diri selapis selapis, keluarga memutuskan aku harus sekolah di SMK, sama sekali bukan pilihanku, pupus deh.. waktu itu aku merasakan, apa yang aku bangun pelan-pelan ga terlalu bermanfaat. Jadilah tiga tahun di SMK rasanya datar saja..

Di akhir kelas 1 SMK aku mengalihkan konsentrasi dari prestasi ke  pencarian pohon jati. dengan bimbingan kakak kelas, aku mulai mengenal Islam, yang berlanjut ke menutup aurat. Alhamdulillah, dengan segala proses pencarian kali ini, baru sadar ternyata selama ini aku salah. Kepuasan diri bukan begini caranya, prestasi & percaya diri hanyalah sebagian kecil dari kepuasan batin. Aku mulai merasa percaya diri ketika mulai belajar islam dan bisa menjalankan sedikit-sedikit, kepuasan didapat atas pandangan Alloh, bukan pandangan manusia, ternyata masih banyak yang belum aku pelajari dan yang selama ini aku pahami banyak yang salah.

Aku masih harus banyak belajar dan proses ini tak akan pernah selesai. Fokus hidup beralih, semua terasa lebih jelas & menenangkan. Aku tidak lagi "berambisi", tidak lagi minder di depan teman-teman dan orang lain (baca: ga terlalu peduli selama aku ngga ngerugiin mereka, hee), karena mereka pun tak memikirkan aku. Cuma berpikir menabung kebaikan, cari yang benar dan belajar konsep-konsep tarbiyah untuk ngumpulin pahala dari Alloh SWT. Aku yakin kemudahan, nikmat dan ujian hidup adalah bagian dari kasih sayang Alloh dan kebaikan-kebaikan manusia adalah bonusnya. Mudah-mudahan selalu istiqomah.

Begitu juga, pandangan tentang jodoh. Sebelum hijrah aku masih berpendapat bahwa jodoh segaris lurus dengan kecantikan, kekayaan kepandaian dan sebagainya, jadi perasaan pesimis lebih banyak mendominasi. Namun sejak mengenal tarbiyah, aku semakin yakin bila Alloh Maha Menentukan, manusia tidak bisa memaksakan keinginan sendiri, serahkan pada skenarioNya saja, Alloh menjanjikan lelaki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik, begitu juga sebaliknya, berpasangan. maka tugasku hanyalah mengusahakan menjadi baik karena Alloh saja. Aku yakin, walau tidak cantik, tidak kaya, tidak pintar dan tidak banyak keunggulan juga, tapi Alloh akan memberikan seorang yang tidak mementingkan kriteria itu. Ia Maha Tahu Yang Terindah, siapa dan kapan.

Sampai tiba waktunya (menurutku sih sudah waktunya), ternyata sang pangeran belum datang juga. keluarga mulai mengkhawatirkan, aku tidak, karena sudah sangat yakin bila ia akan tiba pada waktunya nanti, urusan Alloh itu tidak perlu dipikirkan, fokuskan saja pada yang ada didepan mata, keluarga, pekerjaan, dan teman-teman (plus proyek akhirat bersama mereka).

Bertukar pikiran dan banyak mendengar pengalaman teman-teman juga membuat aku lebih paham kalau pernikahan bukan awal kebahagiaan dan akhir dari masalah, tetapi, ia adalah fase dari kehidupan ini, bertambahnya amanah dan tanggungjawab, jadi tak usah diburu-buru, ikuti saja alurNya dan nikmati apa yang ada. Belum menikah bukan berarti tidak bisa bahagia, dan menikah bukanlah alasan besar seseorang menjadi bahagia, namun personalnya lah yang harus mengupayakan kebahagiaan di dalam pernikahan. Subhanalloh, terlalu banyak alasan yang membuat aku harus banyak bersyukur dengan kondisi yang ada. aku semakin yakin Alloh telah menyiapkan pasangan terbaik dalam waktu dekat, di masa datang atau bahkan di akhirat nanti.

Seketika Alloh telah mengatur semua, ia mengirimkan seseorang buat aku. Pintu gerbang amanah itu telah terbuka. Tidak terlalu lama, namun diwaktu yang tepat. Ada yang mau menerima aku, yang awalnya saja keluargaku hampir tak percaya, hahahha, ia siap menjaga dan mencintai sampai nanti. mengerti kelemahanku dan memperbaikinya. Bersama belajar menuju Alloh.

Alhamdulillah, kini ia nyata berada di sampingku, kupandang tidurnya, kupeluk, tak percaya, Alloh mengirimkan seorang ini. melebihi apa yang aku uraikan dalam doa. Kata seorang sahabat, pangeranmu tuh masih menumpas naga jahat, jadi datengnya agak lama, eh ngga ding, dia traveling dulu, nyari kamu dimana... heee

Syukur pada Alloh, si keling yang minder ini, walau tidak cantik, ngetop dan gaul, telah memiliki tautan hati yang dicintai, utuh... (huhuuuu gr).. 
terimakasih ya mas..

Kini aku sedang mengandung calon buah hati pertama kami, belum percaya juga, dititipi Alloh amanah ini, semoga Ia memberikan kemudahan bagi kami menjadi orangtua yang baik. Subhanalloh, aku akan punya bayi, duhh, nikmat mana lagi yang akan aku dustakan?

upss.. dia bergerak, wuaaah... "tidur dek.. "
katanya aku aneh, suka ngliatin kalo tidur, xixixiiiiiii

uppss...

Senin, 07 Maret 2011

aneh ^^

tengah malam aku terbangun..
minum
loh kok kulkas menghadap ke tempat berbeda?
loh kok ini bukan dapurku?
aku jalan ke kamar
bukan kamarku juga
ada laki-laki...
haaaa... bukan tempat tidurku...
bukan rumahku juga..
ini dimana?..
tak seharusnya aku disini

***

kupikirkan baik-baik

***

hufft..
inilah rumahku
sekarang dan besok
dan dia suamiku
yang kan selalu disini,
sekarang dan besok

***
ternyata aku sudah menikah....