Sejak aku mulai ambil cuti melahirkan (Pertengahan Januari 2013) kami sudah mulai pindah ke rumah baru di daerah Cimanggis, Depok, dengan pertimbangan aku melahirkan disana dan ga terlalu repot pindahan karena Bara masih di dalem peyut. Cuti sengaja diambil diawal (sebulan sebelum HPL), mengingat pengalaman saat melahirkan si Kakak yang maju diawal. Salah satu konsekuensinya adalah kami harus mencari klinik atau rumah sakit yang dekat dengan rumah dan nyaman untuk melahirkan nanti. Baybay deh dokter Yenny..
Sampai minggu ke-39 belum juga ada tanda-tanda. Kami khawatir lah ya... apalagi beban perutku udah makin berat. Waktu itu kami periksa ke RS Hermina Grand Wisata. Dokter bilang memang belum ada pembukaan, tapi bayi sudah siap di posisi dan air ketuban mulai sedikit keruh, bila belum ada tanda juga, pekan depan kami harus periksa ke dokter lagi.
Pekan ke-40, tanggal 13 Februari, aku minta ikut si Ayah ke cengkareng, pingin liat rumah lama, sekalian mau kontrol ke dr. Yenny lagi. Ga tau ya, tapi aku punya filing (jiaah.. filing) harus ketemu dr. Yenny lagi. Benar saja, pas ketemu dokter Yenny, diutak utik sedikit, Beliau bilang aku sudah bukaan 2, kemungkinan lahir besok pagi. Kami menanyakan apa masih bisa kalau melahirkan di Cimanggis, Dokter meng-iyakan, masih ada waktu, walau jakarta macet malam ini. Sebelum pergi, kandunganku di cek ctg, untuk memastikan bayi baik-baik saja.
Sepanjang jalan aku hanya merasakan kontraksi sedikit-sedikit, ga sehebat waktu lahiran si Kakak (padahal sih belum aja). Karena belum ada tanda-tanda darurat, kami ke rumah Ibu dulu, menjemput Beliau untuk menjaga si Kakak, sementara aku ke klinik.Horor banget nih perjalanan, macet, harap2 cemas, sambil mangku si Kakak pula. Oiya, diperjalanan aku sempatkan live report ke beberapa sahabat, hayaah.. Liana : njawab chat, laporan dan minta doa, mba Sri : laporan dan minta doa, Ena: Laporan,minta doa & diskusi nama.
Setelah menjemput Ibu, kami langsung menuju rumah Cimanggis, yang sebelumnya mampir ke klinik dulu. Sekitar jam 23.00 waktu itu. Bidan yang memeriksa mengatakan aku masih bukaan 3, diminta pulang dulu, karena perkiraan masih besok pagi.
Kami pulang kerumah dan persiapan, apa saja yang dibawa nanti, tas perlengkapan bayi dan perlengkapan aku yang memang sudah siap, kamera, madu, coklat, roti, dan bantal. Selanjutnya aku tidur seperti biasa. Sekitar jam 3 pagi perutku mulai terasa mulas dan keluar lendir darah, sepertinya sudah mulai mendekati waktunya. Suamiku mulai persiapan berangkat. Cium si Kakak, pamit Ibu dan minta restu, berangkatlah kami ke klinik tadi sekitar jam 3.30.
Sekitar15 menit kami sampai di klinik. Bidan mengecek, bukaanku masih 5, aku masih diizinkan jalan, duduk atau apa saja untuk membuat posisi lebih nyaman.Kontraksi mulai terasa kontinyu, tapi aku masih sempat ketiduran juga setelah subuh, hahahaha.
Menjelang jam 6 kontraksi hebat dan dekat mulai terjadi. Masya Alloh rasanya... Bidan terus memberikan dukungan dan kalimat-kalimat positif untuk kami. si Ayah menemani aku di samping tempat ridur, kami berjuang bertiga saja. Aku sempat kaget, karena Ibu Bidan Nani ini hanya sendiri mendampingi persalinan dan memang terbiasa begitu. Beda dengan persalinan Kakak, dimana aku ditangani 4 orang, mungkin 5, atau lebih, karena setiap orang punya tugas yang berbeda-beda, jadi kadang datang terus pergi lagi.
Aku diperbolehkan ambil posisi apapun dan berteriak oleh bidan. Sebenarnya ga dibolehkan pun aku tetap berteriak. Si Ayah tetap tenang di samping tempat tidur, kadang memegang, kadang menyuapi aku madu, kadang membantu merubah posisi aku, dan yang paling sering adalah menerima segala keluhanku. Aku hampir putus asa. Rasa sakit yang luar biasa sempat membuat aku mengeluarkan kata-kata "ga sanggup lagi". Tapi si Ayah dan Ibu Bidan tetap menyemangati.Akhirnya jam 6.45 Bara lahir, setelah di bersihkan oleh bu bidan dan digunting tali pusatnya oleh si Ayah, Bara langsung di letakkan di atas perutku untuk menjalani IMD, alhamdulillah lancar... Jagoan kami telah lahir, El Faris Kembara Adigie dengan berat 3,6kg.
Intermezzzo :
Beberapa fakta saat proses kelahiran Bara:
1. Sewaktu mau berangkat ke klinik untuk melahirkan, si Ayah mau membawa mukena, untuk aku sholat nanti :D
2. Waktu kontraksi di ruang bersalin, sempet ambil video aku, weiits, sebelumnya pake jilbab dulu (sempet gituu..)
3. Air ketuban pecah sesaat menjelang Bara lahir (selisih beberapa detik aja) dan aku ga terasa.
4. Aku sempat marah ke si Ayah, karena ga mau memegangi lututku maktu aku mau mengejan
5. Selama di kamar bersalin, baik saat aku mengalami kontraksi maupun pasca melahirkan (saat dijahit), bu Bidan banyak menerangkan ilmu pada si Ayah. Aku jadi semacam objek pelajaran gitu. Jadi kebayang yah gimana tenangnya si Ibu Bidan yang masih sempet ngasih ilmu, disaat aku teriak-teriak kesakitan kontraksi dan kesakitan dijahit.
Minggu, 25 Agustus 2013
Giliran Catatan Bara kali ini... (2)
3 Agustus 2012, sore sepulang kerja..
Aku hampir tak berhenti menangis selama di kantor, Alhamdulillah si ayah menawari aku menjemput lebih dekat, dan kami pun memutuskan untuk pergi ke dr. Yenny lagi malam ini juga.
Setelah mendengar penyampaianku dr. Yenny masih bersikeras bahwa yang aku alami belum tentu rubella, kami dimintanya untuk tetap berpikir positif, karena akan mempengaruhi janin. namun untuk lebih pastinya aku harus tetap melakukan tes torch dan USG 4d di kehamilan 25an minggu. Kami pun memutuskan untuk menjalani tes torch di RS Hermina ini. Agak mahal tapi ga bikin panik seperti waktu di RS Fatmawati..
ya Alloh lindungi bayi kami...
5 Agustus 2012
Aku menjalani tes torch
11 Agustus 2012
Sejak awal kehamilan ini aku diserbu penyakit gatal, seluruh kulitku gatal terutama di kaki, paha dan tangan, gatal luar biasa, apalagi malam hari. Kami periksakan ke dokter kulit di Hermina pula dengan dr. Detty, senengnya... dokter ramah banget, tapi sayang harga obatnya ga ramah.... dan tentu saja (harus) manjur.
Hasil tes juga sudah selesai, Subhanalloh walhamdulillah, hasilnya negatif, nightmare ini sudah lewat, semoga. Artinya InsyaAlloh bayi kami ga terkena efek virus rubella, tinggal membangun pikiran positif supaya semua lancar. Ga lupa dr. Yenny mengingatkan kami untk melakukan USG 4d di usia 25-26 minggu.
Alhamdulillah lagi, hamil kali ini aku banyak diberi kemudahan oleh Alloh SWT, tidak mual, makan banyak dan suka pedes, ga terlalu capek juga, seperti biasa aja. pulang pergi ngantor bisa dilakoni dengan aman dan lancar (waktu hamil Key dulu kami ambil sewa kost deket kantor).
USG 4 dimensi dengan dr.Dasep juga hasilnya bagus. Alhamdulillah ga ada yg perlu di khawatirkan, tinggal nunggu waktu nya lahir aja..
Aku hampir tak berhenti menangis selama di kantor, Alhamdulillah si ayah menawari aku menjemput lebih dekat, dan kami pun memutuskan untuk pergi ke dr. Yenny lagi malam ini juga.
Setelah mendengar penyampaianku dr. Yenny masih bersikeras bahwa yang aku alami belum tentu rubella, kami dimintanya untuk tetap berpikir positif, karena akan mempengaruhi janin. namun untuk lebih pastinya aku harus tetap melakukan tes torch dan USG 4d di kehamilan 25an minggu. Kami pun memutuskan untuk menjalani tes torch di RS Hermina ini. Agak mahal tapi ga bikin panik seperti waktu di RS Fatmawati..
ya Alloh lindungi bayi kami...
5 Agustus 2012
Aku menjalani tes torch
11 Agustus 2012
Sejak awal kehamilan ini aku diserbu penyakit gatal, seluruh kulitku gatal terutama di kaki, paha dan tangan, gatal luar biasa, apalagi malam hari. Kami periksakan ke dokter kulit di Hermina pula dengan dr. Detty, senengnya... dokter ramah banget, tapi sayang harga obatnya ga ramah.... dan tentu saja (harus) manjur.
Hasil tes juga sudah selesai, Subhanalloh walhamdulillah, hasilnya negatif, nightmare ini sudah lewat, semoga. Artinya InsyaAlloh bayi kami ga terkena efek virus rubella, tinggal membangun pikiran positif supaya semua lancar. Ga lupa dr. Yenny mengingatkan kami untk melakukan USG 4d di usia 25-26 minggu.
Alhamdulillah lagi, hamil kali ini aku banyak diberi kemudahan oleh Alloh SWT, tidak mual, makan banyak dan suka pedes, ga terlalu capek juga, seperti biasa aja. pulang pergi ngantor bisa dilakoni dengan aman dan lancar (waktu hamil Key dulu kami ambil sewa kost deket kantor).
USG 4 dimensi dengan dr.Dasep juga hasilnya bagus. Alhamdulillah ga ada yg perlu di khawatirkan, tinggal nunggu waktu nya lahir aja..
Jumat, 10 Mei 2013
Giliran Catatan Bara kali ini... (1)
Kali ini adalah rekaman kehamilan keduaku. Catatan seadanya aja lah ya, ga sempet moles2, yang penting tercatat dulu, halaah. kayak biasanya dipoles aja. Sebenernya ga sempat, tapi rasanya ga adil kalau ga dibuat, hee... ditengah kesibukan, ciyee.. disempatkan untuk (nyoba) nulis lah ya.
Sekitar awal bulan Juli 2012, iseng2 aku coba testpack dan ternyata muncul garis dua... artinya aku hamil (lagi). Terjawablah kenapa beberapa hari ini sering banget capek, mual dan kembung, pumping asi juga makin sedikit. Sebenarnya sudah beberapa kali si ayah menyarankan aku untuk testpack, tapi aku yang masih merasa ngga mungkin lah hamil, tapi ternyata.... Welcome little baby, ke dokter yuukkk...
11 Juli 2012
Setelah periksa (ke dr. Yenny lagi), usia kandunganku 10 minggu dan Alhamdulillah sehat. Dokter menunjukkan kaki dan tangan sang janin. Si Ayah tertawa sumringah, aku masih senyum kecut. Satu hal yang paling aku khawatirkan adalah usia Key, si kakak, yang baru satu tahun tiga bulan. Ini artinya di usianya saat satu tahun sepuluh bulan ia sudah punya adek, bisakah aku memberi perhatian yang cukup, bisakah aku tetap memberi asi hingga 2tahunnya, dan kekhawatiran-kekhawatiran lain yang bermunculan. Tapi berkat support dari si Ayah, ya ga usah dipikirkan terlalu berat, let it flow...
Sewaktu konsultasi dengan dr. Yenny, kami menyampaikan bahwa di akhir bulan Mei aku pernah mengalami panas tinggi, kira-kira selama tiga hari disertai nyeri sendi, terutama di kaki, sampai sulit jalan. Waktu itu aku belum tau sudah hamil atau belum.Setelah diperiksakan ke dokter, hasilnya flu aja, semua penyakit lain yang kami duga disanggah dokter. Di hari ketiga, setelah demam turun muncul ruam merah di wajah dan seluruh tubuh, mirip campak. Dugaan kami mengerucut menjadi campak jerman (rubella). Dr. Yenny menenangkan kami, campak itu banyak macamnya, belum tentu rubella katanya, itupun kalau benar terinfeksi Namun untuk mengantisipasi keadaan aku diminta untuk melakukan tes torch. Kami mencoba memilih untuk memanfaatkan fasilitas askes, dr. Yenny mengiyakan dan siap menunggu hasilnya.
18 Juli 2012
Aku pergi ke kantor Askes Pasar Minggu untuk merubah Puskesmas rujukan ke Puskesmas Tebet, supaya deket kantor.
19 Juli 2012
Pagi-pagi sekali aku sudah mengantri ke Puskesmas, ternyata antrian rujukan askes beda dengan pasien lain, syukurlah... hee... dokter askes (atau perawat ya? rada ga jelas, maaf ya dok) membuat rujukan, itupun menurutnya harus ke SPOG disana dulu, ga bisa langsung ke lab, pilihan pun hanya bisa ke RS Fatmawati atau RSCM. Aku memilih ke RS Fatmawati, karena aku pikir lebih mudah aksesnya dari pada ke RSCM, tapi ternyata aku salah.... baca di bawah ini.
3 Agustus 2012
Jam 9 pagi aku sampai di RSF, langsung menuju loket pelayanan askes, Alhamdulillah mudah. Perjalanan dilanjut ke lantai tempat periksa, setelah membayar 10ribu saja, aku mengantri dipanggil. Aku pilih dokter SPOG perempuan, namanya dr. Yucca Rosmeilya (kalo ga salah ketik). Sekitar jam 11 baru aku dipanggil.. *pingsan deh, eh ngga ding, Alhamd udah bawa cemilan walau di bulan ramadhan, hee ketauan deh.
Setelah mendengar penjelasanku dan menyampaikan maksud untuk meminta rujukan ke lab untuk tes Torch, dr. Yucca menyampaikan, menurut pendapatnya itu memang benar campak, dan ga ada gunanya lagi melakukan tes torch, karena ga ada yang bisa dilakukan. Bila memang janin sudah terinfeksi maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan. obat pun sudah tidak membantu, namun bila aku membutuhkan, beliau tetap membuatkan rujukan untuk ke Lab, sekaligus membuat pengantar untuk USG, (ternyata ruang periksa dokter ini tidak ada alat untuk USG pasien). Aku diperiksa dokter dengan tangan dan alat doppler untuk mendengarkan denyut jantung bayi. Lamaaa sekali dokter tidak menemukan denyut si bayi, aku khawatir, dokter menggumam, "harusnya janin seusia ini ini sudah mudah terdengar". Akhirnya terdengar juga... sekali lagi dokter menyampaikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan bayi yang terinfeksi virus rubella. Aku keluar ruangan dengan lemas.
Aku menuju ruang USG, dan ternyataa.... Praktik USG sudah tutup dari jam 9, iya jam 9 pagi dan sekarang jam 11.30, Waaattt? untuk ngedapetin surat rujukan USG dari dokter aja antrinya sampe jam 11, kok jam 9 udah tutup. Dan aku pun baru tau kalau pasien yang antri USG adalah pasien yang mendapat surat rujukan dokter dari kemarin2, yang dapet hari ini ya berarti di USG besok2, dengan catatan, datang dari pagi-pagi karena jam 9 udah tutup dan laporan hasil USGnya baru dibaca dokter di konsultasi berikutnya. Udah lemes, pingsan lagi....
dan dengan sok bijaknya aku merenung tentang perkembangan dunia kesehatan Indonesia.
Perjalanan selanjutnya ke laboratorium, urut dada lagi, karena lab hanya buka dari jam 8 - 13 dan karena ini hari Jumat maka lab tutup jam 11.00, Masya Alloh, rumah sakit sebesar ini lab-nya ga buka 24jam... sayang ga keingetan memfoto papan jadwalnya. (karena si ayah pun sempat ga percaya). karena lab sudah tutup, aku sulit menemui pegawainya, sekedar untuk bertanya, pas ketemu pun pegawai seperti terkesan agak males melayani, ya karena diluar jam buka sih. dan kaget (lagi) ternyata di lab ini ga ada fasilitas tes torch, aku disarankan tes di lab luar rumah sakit, kok dr. Yucca tadi ga nyampein kalau di RSF ini ga ada tes torch ya?... kaget (lagi) kalapun ada belum tentu dicover askes... ya Alloh....
Dengan langkah tak bersemangat aku menelepon si Ayah dan menyampaikan semua, keluar deh air mata... tentang pelayanan di rumah sakit ini, tentang ga tersedianya test torch dan yang terberat adalah uraian dr. Yucca tadi tentang kemungkinan kondisi janin kami...
-bersambung-
Sekitar awal bulan Juli 2012, iseng2 aku coba testpack dan ternyata muncul garis dua... artinya aku hamil (lagi). Terjawablah kenapa beberapa hari ini sering banget capek, mual dan kembung, pumping asi juga makin sedikit. Sebenarnya sudah beberapa kali si ayah menyarankan aku untuk testpack, tapi aku yang masih merasa ngga mungkin lah hamil, tapi ternyata.... Welcome little baby, ke dokter yuukkk...
11 Juli 2012
Setelah periksa (ke dr. Yenny lagi), usia kandunganku 10 minggu dan Alhamdulillah sehat. Dokter menunjukkan kaki dan tangan sang janin. Si Ayah tertawa sumringah, aku masih senyum kecut. Satu hal yang paling aku khawatirkan adalah usia Key, si kakak, yang baru satu tahun tiga bulan. Ini artinya di usianya saat satu tahun sepuluh bulan ia sudah punya adek, bisakah aku memberi perhatian yang cukup, bisakah aku tetap memberi asi hingga 2tahunnya, dan kekhawatiran-kekhawatiran lain yang bermunculan. Tapi berkat support dari si Ayah, ya ga usah dipikirkan terlalu berat, let it flow...
Sewaktu konsultasi dengan dr. Yenny, kami menyampaikan bahwa di akhir bulan Mei aku pernah mengalami panas tinggi, kira-kira selama tiga hari disertai nyeri sendi, terutama di kaki, sampai sulit jalan. Waktu itu aku belum tau sudah hamil atau belum.Setelah diperiksakan ke dokter, hasilnya flu aja, semua penyakit lain yang kami duga disanggah dokter. Di hari ketiga, setelah demam turun muncul ruam merah di wajah dan seluruh tubuh, mirip campak. Dugaan kami mengerucut menjadi campak jerman (rubella). Dr. Yenny menenangkan kami, campak itu banyak macamnya, belum tentu rubella katanya, itupun kalau benar terinfeksi Namun untuk mengantisipasi keadaan aku diminta untuk melakukan tes torch. Kami mencoba memilih untuk memanfaatkan fasilitas askes, dr. Yenny mengiyakan dan siap menunggu hasilnya.
18 Juli 2012
Aku pergi ke kantor Askes Pasar Minggu untuk merubah Puskesmas rujukan ke Puskesmas Tebet, supaya deket kantor.
19 Juli 2012
Pagi-pagi sekali aku sudah mengantri ke Puskesmas, ternyata antrian rujukan askes beda dengan pasien lain, syukurlah... hee... dokter askes (atau perawat ya? rada ga jelas, maaf ya dok) membuat rujukan, itupun menurutnya harus ke SPOG disana dulu, ga bisa langsung ke lab, pilihan pun hanya bisa ke RS Fatmawati atau RSCM. Aku memilih ke RS Fatmawati, karena aku pikir lebih mudah aksesnya dari pada ke RSCM, tapi ternyata aku salah.... baca di bawah ini.
3 Agustus 2012
Jam 9 pagi aku sampai di RSF, langsung menuju loket pelayanan askes, Alhamdulillah mudah. Perjalanan dilanjut ke lantai tempat periksa, setelah membayar 10ribu saja, aku mengantri dipanggil. Aku pilih dokter SPOG perempuan, namanya dr. Yucca Rosmeilya (kalo ga salah ketik). Sekitar jam 11 baru aku dipanggil.. *pingsan deh, eh ngga ding, Alhamd udah bawa cemilan walau di bulan ramadhan, hee ketauan deh.
Setelah mendengar penjelasanku dan menyampaikan maksud untuk meminta rujukan ke lab untuk tes Torch, dr. Yucca menyampaikan, menurut pendapatnya itu memang benar campak, dan ga ada gunanya lagi melakukan tes torch, karena ga ada yang bisa dilakukan. Bila memang janin sudah terinfeksi maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan. obat pun sudah tidak membantu, namun bila aku membutuhkan, beliau tetap membuatkan rujukan untuk ke Lab, sekaligus membuat pengantar untuk USG, (ternyata ruang periksa dokter ini tidak ada alat untuk USG pasien). Aku diperiksa dokter dengan tangan dan alat doppler untuk mendengarkan denyut jantung bayi. Lamaaa sekali dokter tidak menemukan denyut si bayi, aku khawatir, dokter menggumam, "harusnya janin seusia ini ini sudah mudah terdengar". Akhirnya terdengar juga... sekali lagi dokter menyampaikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan bayi yang terinfeksi virus rubella. Aku keluar ruangan dengan lemas.
Aku menuju ruang USG, dan ternyataa.... Praktik USG sudah tutup dari jam 9, iya jam 9 pagi dan sekarang jam 11.30, Waaattt? untuk ngedapetin surat rujukan USG dari dokter aja antrinya sampe jam 11, kok jam 9 udah tutup. Dan aku pun baru tau kalau pasien yang antri USG adalah pasien yang mendapat surat rujukan dokter dari kemarin2, yang dapet hari ini ya berarti di USG besok2, dengan catatan, datang dari pagi-pagi karena jam 9 udah tutup dan laporan hasil USGnya baru dibaca dokter di konsultasi berikutnya. Udah lemes, pingsan lagi....
dan dengan sok bijaknya aku merenung tentang perkembangan dunia kesehatan Indonesia.
Perjalanan selanjutnya ke laboratorium, urut dada lagi, karena lab hanya buka dari jam 8 - 13 dan karena ini hari Jumat maka lab tutup jam 11.00, Masya Alloh, rumah sakit sebesar ini lab-nya ga buka 24jam... sayang ga keingetan memfoto papan jadwalnya. (karena si ayah pun sempat ga percaya). karena lab sudah tutup, aku sulit menemui pegawainya, sekedar untuk bertanya, pas ketemu pun pegawai seperti terkesan agak males melayani, ya karena diluar jam buka sih. dan kaget (lagi) ternyata di lab ini ga ada fasilitas tes torch, aku disarankan tes di lab luar rumah sakit, kok dr. Yucca tadi ga nyampein kalau di RSF ini ga ada tes torch ya?... kaget (lagi) kalapun ada belum tentu dicover askes... ya Alloh....
Dengan langkah tak bersemangat aku menelepon si Ayah dan menyampaikan semua, keluar deh air mata... tentang pelayanan di rumah sakit ini, tentang ga tersedianya test torch dan yang terberat adalah uraian dr. Yucca tadi tentang kemungkinan kondisi janin kami...
-bersambung-
Senin, 22 April 2013
Kaos Si Panda
Pekan ini adalah awal aku ambil cuti melahirkan, sengaja aku ambil
jauh hari, ya untuk fokus ke si sulung cantikku, Key alias Sachi alias
Sachiko. Usianya 20bulan sekarang. Sehari2 aku hanya bertemu sepulang
kerja & sabtu minggu atau libur. Menurut cerita si mba, kalau ada
aku, sikap Keiy jauuuh beda. Jadi lebih manja, nempel teruus dan susah
beraktivitas seperti hari-hari biasanya. Sulit makan, sulit tidur dan
sulit main sendiri. Selama ini sih, aku anggap biasa, lah wong aku juga
ga pernah liat perbandingannya di hari biasa, lagipula aku kangen juga,
jadi ya ga masalah nempel sama akyuuu…. Hehehe.
Tapi permasalahan dimulai saat2 cuti ini. Di hari kedua, si mba izin pulang kampung selama 3-4hari, jadi ya kami berdua saja dirumah. Banyak perkembangan Keiy yang aku ngga tau, ternyata daya nalarnya udah sejauh itu, subhanalloh… , mungkin ini hal biasa ya buat anak seusia Keiy atau mungkin terlambat, tapi aku ga peduli, ya kalo dibilang norak banget, karena emang iya, khihihiii…
Dilanjut dengan terus2an meminta barang ini, barang itu, minta liat aku kalo nyuci piring (gendong) lompat sana sini, pipis, cuci tangan dan sebagainya yang memaksa aku harus berdiri-jongkok-duduk dan seperti itu berulang-ulang, teler juga inih… fuuiihhh…
Perang selanjutnya, Keiy ga mau makan, cuma mau ngemil, padahal menurut si mba, maemnya sekarang udah banyak, bisa semangkuk penuh, tapi ini kok sesendok aja udah dilepeh, hiks… emosi lah aku… ditunggu sampe laper dan minta, tapi kok ga minta2, yang ada minta cemilaaaan terus, oowhh. *tepok jidat. Dihari ketiga aku baru nemu triknya, diajak ke tetangga sebelah, Om Berry & Tante Ayu yang punya bayi dan numpang makan disana, maulah Keiy ngunyah dan habis… walau harus tiga kali sehari main kerumah si dedek bayi ini…
Episode selanjutnya, ga mau tidur, sudah jam tidur siang (biasa tidur siang 2x) minta naik ke kasur, setel lagu anak2, dikelonin dan mpok mpok, nyusu, dan berbagai cara lainnya, tapi ga tidur2, Cuma guling sana guling sini, ngelompatin emaknya ini bolak balik, ngoceh apa aja, nyanyi, akhirnya emaknya yang ketiduran… huwaaa…. Padahal menurut cerita si mba juga, Keiy kalo ngantuk, bilang bobo, minta susu, trus kekasur sendiri dan bobo sendiri pula, sesekali di mpok-mpok kalo gelisah. Uhh… ini kenapa lagi yaaa….
Pas ngalamin yang rempong banget, semua capek dan keselku terakumulasi, sholat ga boleh, pipis & mandi apalagi, sambil nangis meraung-raung, udah numpahin sesuatu apa dengan sengaja, rumah berantakan, bolak balik buka kulkas dan minta segala isinya, perutku sakit dan akhirnya kejadian terakhir Keiy numpahin air madu yang dibawa-bawa, aku minta jangan jalan biar ga kepeleset tapi tetep aja ni bocah mau jalan, aku cuma bisa nangis sesenggukan, sambil berucap berulang-ulang dalam hati "jangan sampe mbentak", Keiy bengong ngeliat aku nangis sambil meluk, nyentuh pipiku…dan… minta gendong…. Gubraks.
Jadi ya biasanya di sore hari aku udah tepar banget, makan ga teratur, perut kenceng, ini anak kecil, tapi sudah buat heboh, Ayah, bun pingin ke salon rasanya… #eh
Disini sangat kepikiran, gimana kalo udah lebih besar lagi ya, tambah banyak lagi keinginannya, beragam lagi tingkahnya, tambah bikin kesel lagi. Ini belum apa2, tapi apa2 itu kan berawal dari bukan apa2 ya? Memang sih mungkin ga akan sedramatis ini kalau aku ga lagi hamil besar, Tapi kemana itu teori parenting, nasehat para ibu2 senior, cerita2 orang, kok ga membekas ya, memang mesti balik lagi ke personnya, jadi ibu ga bisa teorinya dipukul rata, karena anak adalah pribadi yang unik, kita yang harus tau celahnya… *ngomong apa sih ni gue*
Satu cerita yang pingin aku share…
Waktu ke mall, suami memilihkan aku kaos rumahan, warnanya salem bergambar panda, sampai dirumah, dicobakan ke Keiy, ketawa2 kami melihatnya pake baju kebesaran sampai menyeret lantai, Keiy pun tertawa sambil jalan2 dan ngaca. Setelah puas, dicopot, trus baju dicuci.
Di salah satu hari milik kami berdua itu, kebetulan hari perdana aku memakai kaos panda. Pagi sebangun dari tidur, Keiy sudah sibuk minta pake kaos si panda, aku bilang santai, “kalau bun buka, trus bun pake apa dong nak?” Key tetap merajuk minta kaos itu dipakainya lagi. Aku sih ga keberatan sama sekali, kaos ku ganti dan pakaikan.
Seperti waktu pertama, ia tertawa2 sambil bilang ucu..ucu… ada… (lucu.. lucu..panda), jalan kesana kemari karena senang kaosnya menyeret ke lantai. kaos itu dipakainya sambil ngemil, nonton lagu anak2, sarapan dan baru mau dilepas setelah mandi.
Sampai siang, drama-drama kecil tetap ada, tapi masih dalam kendali. Saat itu aku mau merendam cucian dikamar mandi, Keiy minta ikut, diambilnya dingklik kecil seperti yang aku gunakan, saat mengambilnya ia menumpahkan ketel air, sabar…sabar… bukan masalah airnya, tapi kain lap ga ada yg kering, air melebar ke mana2, aku takut Keiy kepleset aja. Dingklik plastik kecil berhasil diambil dan dibawanya ke kamar mandi,, ia duduk sebelahku, dingklik bulat itu ada pecahan di tengahnya, bokong Keiy pernah kejepit, kali ini ingin kukasih alas duduk diatasnya, ia ga mau, uhh… ini kalo kejepit kan lumayan, dibujuk sedemikian rupa juga ga mau, ya sudahlah, aku pasrah. Semoga ga kejepit.
Selagi aku merendam cucian, ia duduk anteng sambil berucap macam2, mungkin menyanyi, pas ku tengok, ia pipis di dingklik itu, karena bentuknya yg bolong ditengah mungkin dipikirnya ini mirip kloset…. Masya Alloh,… aku beritau kalo tidak boleh pipis disini,, anak pinter tidak pipis sembarangan, pipis harus bilang, nanti bun angkat ke kloset, oke… ia bertingkah cuek.. aku coba terapkan hukuman. Setelah kubersihkan dan pakai celana baru, kuulang lagi untuk tidak pipis sembarangan lagi, kubilang, Keiy diluar dulu ya, bun hukum karena pipis sembarangan, lalu aku masuk ke kamar mandi dan tutup pintunya, ia yang berada di luar kamar mandi sendirian.
Ia menangis, memelas, "buun..buuuunnn…bukaa.." teriakannya makin kenceng, histeris.. lalu lama2 hilang, aku bingung, kubuka pintu, ternyata ia datang dari kamar sebelah dan muncul di depan pintu kamar mandi, nangis memelas sambil bawa kaos panda minta kupeluk sambil menyerahkan kaos panda itu kepadaku …
Mungkin dia pikir aku bisa luluh kalau kaos panda yang dipakainya itu dia kembalikan padaku, Keiy mencoba menghilangkan marahku dengan memberi kaos panda itu, mungkin kalau bisa lancar bicara dia akan bilang “ bun jangan marah ya, bun jangan tinggalin Keiy sendirian, ini Keiy kembalikan kaos bun, Keiy tidak pakai lagi kok..”
Aku peluk erat dan minta ia mengucap maaf, tidak mengulangi lagi pipis sembarangan. Akupun minta maaf sambil menangis, ga mengira ia sampai berpikir kesana….
Maafkan salah bundamu ini juga Nak…
*bunbun yang selalu ingin jadi bunda seutuhnya untukmu (baca : ftm)
(Posted 23 Januari 2013)
Tapi permasalahan dimulai saat2 cuti ini. Di hari kedua, si mba izin pulang kampung selama 3-4hari, jadi ya kami berdua saja dirumah. Banyak perkembangan Keiy yang aku ngga tau, ternyata daya nalarnya udah sejauh itu, subhanalloh… , mungkin ini hal biasa ya buat anak seusia Keiy atau mungkin terlambat, tapi aku ga peduli, ya kalo dibilang norak banget, karena emang iya, khihihiii…
- Keiy mulai bisa merangkai kata, 2 atau tiga kata, atau bahkan satu kalimat tapi ya tetep lucu dengernya, karena patah-patah atau bahasanya masih ikut orang dewasa, plek, padahal ga ngerti artinya, misalnya pake deh, sih, aja.
- Nadanya kalo lagi merajuk beda dengan biasanya ( udah pinter ngerayu ni)
- Suka tiba-tiba manggil aku dengan gaya maniiiss banget, bun, bubuuun, bubububunnn, sambil senyum trus pegang pipiku & cium seluruh mukaku, so swiiit yah…. Kadang ini dipake kalo lagi ada maunya. Begitu pula ke ayahnya.
- Sudah bisa disuruh minta maaf kalau salah, dengan catatan kita mintanya ga sambil marah2, bisa nangis duluan dianya.
- Udah mulai banyak keinginan yang aku ga bisa penuhin semua, nego ga berhasil, trus berakhir dengan tangisan deh
- Ingatannya kuat banget (ya iyalah anak2…)
- Udah bisa ngitung & nyanyi walau kata terakhir aja ;p
Dilanjut dengan terus2an meminta barang ini, barang itu, minta liat aku kalo nyuci piring (gendong) lompat sana sini, pipis, cuci tangan dan sebagainya yang memaksa aku harus berdiri-jongkok-duduk dan seperti itu berulang-ulang, teler juga inih… fuuiihhh…
Perang selanjutnya, Keiy ga mau makan, cuma mau ngemil, padahal menurut si mba, maemnya sekarang udah banyak, bisa semangkuk penuh, tapi ini kok sesendok aja udah dilepeh, hiks… emosi lah aku… ditunggu sampe laper dan minta, tapi kok ga minta2, yang ada minta cemilaaaan terus, oowhh. *tepok jidat. Dihari ketiga aku baru nemu triknya, diajak ke tetangga sebelah, Om Berry & Tante Ayu yang punya bayi dan numpang makan disana, maulah Keiy ngunyah dan habis… walau harus tiga kali sehari main kerumah si dedek bayi ini…
Episode selanjutnya, ga mau tidur, sudah jam tidur siang (biasa tidur siang 2x) minta naik ke kasur, setel lagu anak2, dikelonin dan mpok mpok, nyusu, dan berbagai cara lainnya, tapi ga tidur2, Cuma guling sana guling sini, ngelompatin emaknya ini bolak balik, ngoceh apa aja, nyanyi, akhirnya emaknya yang ketiduran… huwaaa…. Padahal menurut cerita si mba juga, Keiy kalo ngantuk, bilang bobo, minta susu, trus kekasur sendiri dan bobo sendiri pula, sesekali di mpok-mpok kalo gelisah. Uhh… ini kenapa lagi yaaa….
Pas ngalamin yang rempong banget, semua capek dan keselku terakumulasi, sholat ga boleh, pipis & mandi apalagi, sambil nangis meraung-raung, udah numpahin sesuatu apa dengan sengaja, rumah berantakan, bolak balik buka kulkas dan minta segala isinya, perutku sakit dan akhirnya kejadian terakhir Keiy numpahin air madu yang dibawa-bawa, aku minta jangan jalan biar ga kepeleset tapi tetep aja ni bocah mau jalan, aku cuma bisa nangis sesenggukan, sambil berucap berulang-ulang dalam hati "jangan sampe mbentak", Keiy bengong ngeliat aku nangis sambil meluk, nyentuh pipiku…dan… minta gendong…. Gubraks.
Jadi ya biasanya di sore hari aku udah tepar banget, makan ga teratur, perut kenceng, ini anak kecil, tapi sudah buat heboh, Ayah, bun pingin ke salon rasanya… #eh
Disini sangat kepikiran, gimana kalo udah lebih besar lagi ya, tambah banyak lagi keinginannya, beragam lagi tingkahnya, tambah bikin kesel lagi. Ini belum apa2, tapi apa2 itu kan berawal dari bukan apa2 ya? Memang sih mungkin ga akan sedramatis ini kalau aku ga lagi hamil besar, Tapi kemana itu teori parenting, nasehat para ibu2 senior, cerita2 orang, kok ga membekas ya, memang mesti balik lagi ke personnya, jadi ibu ga bisa teorinya dipukul rata, karena anak adalah pribadi yang unik, kita yang harus tau celahnya… *ngomong apa sih ni gue*
Satu cerita yang pingin aku share…
Waktu ke mall, suami memilihkan aku kaos rumahan, warnanya salem bergambar panda, sampai dirumah, dicobakan ke Keiy, ketawa2 kami melihatnya pake baju kebesaran sampai menyeret lantai, Keiy pun tertawa sambil jalan2 dan ngaca. Setelah puas, dicopot, trus baju dicuci.
Di salah satu hari milik kami berdua itu, kebetulan hari perdana aku memakai kaos panda. Pagi sebangun dari tidur, Keiy sudah sibuk minta pake kaos si panda, aku bilang santai, “kalau bun buka, trus bun pake apa dong nak?” Key tetap merajuk minta kaos itu dipakainya lagi. Aku sih ga keberatan sama sekali, kaos ku ganti dan pakaikan.
Seperti waktu pertama, ia tertawa2 sambil bilang ucu..ucu… ada… (lucu.. lucu..panda), jalan kesana kemari karena senang kaosnya menyeret ke lantai. kaos itu dipakainya sambil ngemil, nonton lagu anak2, sarapan dan baru mau dilepas setelah mandi.
Sampai siang, drama-drama kecil tetap ada, tapi masih dalam kendali. Saat itu aku mau merendam cucian dikamar mandi, Keiy minta ikut, diambilnya dingklik kecil seperti yang aku gunakan, saat mengambilnya ia menumpahkan ketel air, sabar…sabar… bukan masalah airnya, tapi kain lap ga ada yg kering, air melebar ke mana2, aku takut Keiy kepleset aja. Dingklik plastik kecil berhasil diambil dan dibawanya ke kamar mandi,, ia duduk sebelahku, dingklik bulat itu ada pecahan di tengahnya, bokong Keiy pernah kejepit, kali ini ingin kukasih alas duduk diatasnya, ia ga mau, uhh… ini kalo kejepit kan lumayan, dibujuk sedemikian rupa juga ga mau, ya sudahlah, aku pasrah. Semoga ga kejepit.
Selagi aku merendam cucian, ia duduk anteng sambil berucap macam2, mungkin menyanyi, pas ku tengok, ia pipis di dingklik itu, karena bentuknya yg bolong ditengah mungkin dipikirnya ini mirip kloset…. Masya Alloh,… aku beritau kalo tidak boleh pipis disini,, anak pinter tidak pipis sembarangan, pipis harus bilang, nanti bun angkat ke kloset, oke… ia bertingkah cuek.. aku coba terapkan hukuman. Setelah kubersihkan dan pakai celana baru, kuulang lagi untuk tidak pipis sembarangan lagi, kubilang, Keiy diluar dulu ya, bun hukum karena pipis sembarangan, lalu aku masuk ke kamar mandi dan tutup pintunya, ia yang berada di luar kamar mandi sendirian.
Ia menangis, memelas, "buun..buuuunnn…bukaa.." teriakannya makin kenceng, histeris.. lalu lama2 hilang, aku bingung, kubuka pintu, ternyata ia datang dari kamar sebelah dan muncul di depan pintu kamar mandi, nangis memelas sambil bawa kaos panda minta kupeluk sambil menyerahkan kaos panda itu kepadaku …
Mungkin dia pikir aku bisa luluh kalau kaos panda yang dipakainya itu dia kembalikan padaku, Keiy mencoba menghilangkan marahku dengan memberi kaos panda itu, mungkin kalau bisa lancar bicara dia akan bilang “ bun jangan marah ya, bun jangan tinggalin Keiy sendirian, ini Keiy kembalikan kaos bun, Keiy tidak pakai lagi kok..”
Aku peluk erat dan minta ia mengucap maaf, tidak mengulangi lagi pipis sembarangan. Akupun minta maaf sambil menangis, ga mengira ia sampai berpikir kesana….
Maafkan salah bundamu ini juga Nak…
*bunbun yang selalu ingin jadi bunda seutuhnya untukmu (baca : ftm)
(Posted 23 Januari 2013)
Langganan:
Postingan (Atom)