Betapa inginku diami sebuah daerah
seindah lakaran minda
Dunia anganan yang damai terlalu sempurna
Bagaikan gambaran syurga
Kesantunan murni menjadi wiritan
Segalanya tunduk dalam ketaatan
Semua manusia merasa dirinya bersalah
Dan lantas memohon ampun
Mendermakan harta sehingga tiada siapa
Yang sudi menrimanya
Tiada terdengar tangis kelaparan
Tiada sengketa peperangan
Kupadamkan mentari kehangatan
Kunyalakan bulan kegelapan
Bebintang kusentuh kupetik
Kutabur di jalanan
Menjadi lampu alam
Berkelip kelipan
Anak-anak minta dipukul
Kerana merasa sakitnya ibu melahirkan
Para isteri memukul diri
Kerana merasa diri derhaka pada suami
Keluarga bagai syurga disegerakan
Para suami rela akui kelemahan
Begitu indahnya dunia mimpiku
Dapatkah kubawa dalam realitiku
seindah lakaran minda
Dunia anganan yang damai terlalu sempurna
Bagaikan gambaran syurga
Kesantunan murni menjadi wiritan
Segalanya tunduk dalam ketaatan
Semua manusia merasa dirinya bersalah
Dan lantas memohon ampun
Mendermakan harta sehingga tiada siapa
Yang sudi menrimanya
Tiada terdengar tangis kelaparan
Tiada sengketa peperangan
Kupadamkan mentari kehangatan
Kunyalakan bulan kegelapan
Bebintang kusentuh kupetik
Kutabur di jalanan
Menjadi lampu alam
Berkelip kelipan
Anak-anak minta dipukul
Kerana merasa sakitnya ibu melahirkan
Para isteri memukul diri
Kerana merasa diri derhaka pada suami
Keluarga bagai syurga disegerakan
Para suami rela akui kelemahan
Begitu indahnya dunia mimpiku
Dapatkah kubawa dalam realitiku
Lirik nasyid asal Malaysia ini telah menginspirasi aku & teman2 (sikut Ena) untuk punya impian indah di masa datang nanti. Ya kurang lebih kondisi keluarga dan lingkungan masyarakat ideal seperti di lirik itu lah, yang akhirnya sedikit menghasilkan mimpi yang ternyata (harusnya) bisa juga terealisasi di dunia.
Awalnya tahun 2007, teman-teman di lingkungan rumah dengan lingkup kecamatan seringkali mengadakan bakti sosial kepada masyarakat, bisa berupa pelayanan kesehatan, pembagian sembako, peralatan tulis, perlombaan anak-anak, bazzar murah dan lain-lain dengan titik lokasi yang berpindah-pindah. Namun kegiatan yang positif ini masih aku rasa kurang efektif, karena warga hanya merasakan manfaat berupa uang dan barang sesaat tanpa tindaklanjut. Menurutku ini adalah lahan untuk menjangkau masyarakat penerima bantuan untuk lebih maju dan mengenal Islam. Ketika hal ini kusampaikan kepada teman-teman panitia dan aku menawarkan program-program tindak lanjut, sepertinya kurang mendapat respon yang baik. Mungkin mereka sedang lelah memikirkan kegiatan-kegiatan baksos selanjutnya.
Akhirnya ide ini aku tawarkan kepada teman-teman dekat yang aku yakini memiliki kegelisahan yang sama (saahhhh… ). Untuk lebih memvisualisasikan ide ini aku buatkan konsep proposal kepada mereka. Semangat, terinspirasi lagu lakaran minda tadi dan membawa ide dusun binaan BEM FE dulu akhirnya aku bentuk lembaga bernama MATRIKS, kepanjangan dari Masyarakat Pencinta Generasi Kreatif dan Sholeh. Artinya ini adalah kumpulan orang-orang yang peduli kepada masyarakat untuk lebih cerdas dan terdidik secara berkelanjutan.
Program yang aku tawarkan adalah program beasiswa bagi anak asuh berprestasi, taman pendidikan alquran gratis, taman bacaan, pembinaan remaja, pengajian ibu-ibu yang diutamakan orangtua anak asuh dan murid TPA, serta pembinaan ekonomi. Dana yang didapat adalah dari donatur rutin masyarakat yang mungkin diawal adalah dari teman-teman kita ini (hee…) baik berupa uang (kami terima mulai dari 10ribu perbulan hingga tak terbatas) atau barang (alat tulis misalnya) ataupun donatur insidental yang biasanya ramai di bulan Ramadhan. Kelebihan dari program ini adalah, kami tidak perlu mencari peserta karena telah terdata pada teman-teman panitia baksos lalu dan sudah kami kenal, tinggal kita datang blok tempat tinggal keluarga-keluarga ini lantas jalani program.
Mengenai dana, ingin rasanya aku tidak membebani teman-teman yang nantinya akan bekerja menguras tenaga dan pikiran, namun aku belum menemukan model lembaga hukum seperti apa yang bisa membuat donator-donatur besar atau lembaga percaya kepada kami, sedangkan untuk membuat yayasan dibutuhkan dana 6juta rupiah.. dooohh… oleh sebab itu sambil menunggu perkembangan kami coba dulu jalani program-program ini dengan dana yang ada.
Teman-teman terlihat antusias dan setuju, mereka siap membantu sesuai dengan apa yang mereka bisa. Sebagai langkah awal terkumpul dana 385ribu rupiah dari teman-teman dan sumbangan buku dari PKS kecamatan larangan. Ditambah dengan dana zakat profesi (setelah aku berkonsultasi dengan seorang ustadzah tentang dibolehkannya pemanfaatan zakat bagi lembaga ini) akhirnya dimulailah proyek ini.
Ku gunakan dana awal itu untuk membeli lemari buku dan peralatan TPA (meja, buku Iqro, buku tulis, alat mewarnai dsb). Sebelumnya aku meminta izin kepada tetangga yang juga membuka pengajian anak-anak, aku menginformasikan bahwa TPA yang akan didirikan ini adalah berorientasi social dan tidak akan mengganggu kepesertaaan TPA milik tetangga tersebut. Beliau memahami. Alhamdulillah.
Alhamdulillah program pertama, TPA, setiap hari senin-kamis jam 18.30-19.30, diasuh oleh dua kakakku bisa berjalan. Sedangkan aku tidak bisa membantu operasional, karena baru sampai dirumah jam 7-8 malam, padahal sih karena tidak bakat mengajar anak-anak, hee…
Program selanjutnya adalah pengajian ibu-ibu. Hufft.. agak berat sih, karena ini debut pertama, aku mengajak ibu-ibu yang jauh lebih tua dari aku, dan biasanya mereka telah mengikuti pengajian mingguan di Masjid, ada kekhawatiran mereka mencurigai undangan kajianku.
Pertemuan pertama diagendakan membaca alquran dan taklim dengan mengundang Ustadzah Ratmi kerumah. Belum banyak pesertanya, tapi Alhamdulillah, mereka tertarik dan aku sudah cukup puas mendobrak kekhawatiran selama ini, heee..
Selanjutnya adalah program anak asuh, sebagai sasaran pertama aku memilih Wahyu, tinggal di ujung gang, orangtuanya memiliki banyak anak, wahyu sebagai putra pertama telah putus sekolah sejak SMP. Saat penawaran itu, orang tuanya memang terkesan tidak terlalu antusias, namun mereka bersedia memberikan dukungan bila kami mau menyekolahkan Wahyu. Langkah selanjutnya aku mencari sekolah gratis yang dekat, agar bisa menghemat transport. Setelah searching, telepon sana-sini, survey ke sekolah-sekolah, akhirnya kami memilih sekolah binaan BaytulMall di jurangmangu. Subhanalloh dari proses pemilihan sekolah ini aku banyak mendapat pelajaran baru. Ada sekolah di atas panggung yang aku temui di daerah bintaro, yang belajar di tengah alam. Siswanya banyak terdiri dari pedagang di sekitar bintaro (yang ternyata masih usia sekolah. Sekolah ini juga menyediakan komputer dan peminjaman sepeda. Namun karena jarak, kami tidak memilih sekolah ini untuk Wahyu.
Kebutuhan Wahyu untuk sekolah kami penuhi, peralatan sekolah, seragam dan transport, namun sayang kegiatan ini tidak bisa berjalan lama, karena Wahyu tidak mau sekolah lagi, sering bolos dan tidak mau mengikuti TPA. Akhirnya belum sampai setahun program ini terhenti.
Namun tidak hanya Wahyu, kami pun memberikan santunan kepada anak-anak berprestasi dan tidak mampu di wilayah sekitar, namun hanya dalam bentuk santunan bulanan dan tetap mengikat mereka untuk ikut pembinaan pekanan.
Program selanjutnya adalah program dua pekanan pembinaan bagi remaja. Pesertanya adalah anak usia diatas murid TPA untuk dibina lebih intens, namun yang lebih sering dating tidak jauh berbeda dengan murid TPA pula, hehehe... Biasanya berlokasi di Masjid Nurul Amal dan dibimbing oleh rekan-rekan mentor yang nantinya peserta diarahkan menjadi remaja Masjid aktif.
Sedangkan program terakhir yaitu pembinaan ekonomi, masih dipikirkan, kegiatan produktif apa yang cocok dan prospek bila dilakukan oleh Ibu-ibu.
Selain itu masih ada kegiatan-kegiatan yang kami lakukan bersifat tahunan dan incidental, misalnya outbond anak-anak, rihlah (rekreasi) keluarga, kegiatan ramadhan, penyaluran zakat, infak, dan fidyah masyarakat.
***
Hingga tahun 2011 ini, program telah berjalan kurang lebih empat tahun. Sejak setahun lalu aku sudah tidak tinggal di daerah Larangan lagi. Kegiatan dipimpin dan dilakukan (sebagian besar sendiri) oleh sahabatku mba Sri, hmm.. maafkan aku mba…
Donasi pun belum bisa berjalan lancar, aku memahami ini, karena mungkin para donator punya kebutuhan lain, apalagi tenaga dan pikiran mereka turut tersumbang bagi program-program Matriks.
- Kegiatan TPA sudah dibubarkan, :( . hal ini terkait dengan tidak tersedianya tempat dan pengajar. Rumahku sudah dijual dan kami sudah pindah dari sana, dan memang sejak TPA berjalan tidak ada tenaga pengajar yang bersedia mengajar rutin seperti kakakku. Sungguh amat disayangkan harus melepas anak-anak yang antusias belajar. Semua peralatan dan sarana dipindahkan ke rumah mba Sri.
- Taman Bacaan memang tidak pernah dibuka secara resmi, karena ketiadaan tenaga penjaga pada siang hari. Jadi, biasanya buku-buku hanya dibaca saat TPA aktif, sambil menunggu, anak-anak bisa membaca.
- Santunan belum bisa berjalan lagi, karena kami tidak berani memberikan santunan rutin bila donasi tidak bisa dipastikan rutin pula. Apalagi terkait dengan ditiadakannya pembinaan bagi remaja karena tak ada kakak-kakak pembinanya. Miris. Padahal asset produktif nih.
- Kegiatan yang berjalan sangat baik adalah taklim ibu-ibu, diadakan seminggu sekali. Kami sudah memiliki dua basis massa (halaah bahasane…). Jalan gotong royong dan gang buntu. Insya Alloh ibu-ibu sudah cukup solid. Semula diadakan bergantian di rumah salah satu ibu di gang buntu, namun sekarang telah rutin di adakan di rumah mba Sri. Dengan agenda yang jelas dan familiar, ibu-ibu telah dirangkul dengan baik. Kegiatan ekonomi pun mulai berjalan, sempat ada penawaran program sulam pita dengan system komisi (bener ngga mba) dari seorang teman yang memproduksi barang-barang rumahtangga kerajinan tangan, trus apa lagi mba? hee.. ketauan ga update sekarang.
Masih perlu banyak pembenahan di berbagai sisi, tapi saat ini aku masih belum bisa berbuat banyak. TPA membutuhkan tempat dan pengajar, beasiswa memerlukan dana, bimbingan memerlukan mentor, Taman bacaan memerlukan tempat dan tenaga, begitu pula dengan taklim ibu-ibu, membutuhkan tenaga. Keinginanku sih semua dikelola dengan professional, penyewaaan tempat khusus (tidak menumpang) dan pemberian insentif bagi SDM yang terlibat. Namun saat ini belum bisa dilakukan, selain karena factor dana juga SDM pengelola.
Mungkin masih mimpi untuk menyempurnakan ini semua. Semoga terbentuknya sebuah yayasan, tersuplainya dana secara rutin dan SDM pengelola yang cukup bisa segera terwujud.
Saat ini akupun baru hanya bisa mensupport mba Sri untuk terus semangat membina ibu-ibu dan berkali-kali meminta maaf karena belum juga bisa membantu atau bahkan datang kesana. Padahal ibu-ibu masih rajin hubungi aku, sms dan telepon.. hiks…
Terimakasih, Jazakumullaoh khoir katsir teman-teman dan/atau donatur yang sudah membantu, baik dana, tenaga maupun pikiran selama ini, semoga Alloh mengganti dengan yang lebih baik dan lebih banyak
Ya Alloh ridhoi mimpi-mimpi kami… amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar